Langsung ke konten utama

Coba Menebak-Nebak, Kenapa Mempertahankan Memang Lebih Sulit dari Mendapatkan?

 


Tiada tempat refleksi terbaik selain menulis, dan kali ini aku mau kembali menulis. 

***

Unggahan kali ini aku akan membahas tentang "Seni Mempertahankan" yang tentunya ini bukan dari hasil kompilasi literatur ilmiah, ya. Hanya berasal dari serangkaian pradugaku terhadap kejadian akhir-akhir ini. 

Memasukki fase dimana kesempatan semakin banyak, dan siapapun bebas mengejarnya, rupa-rupanya membentuk kita barangkali tergolong sebagai "pemburu" tanpa strategi bertempur yang belum sempurna. Kita paham bagaimana caranya mencari, mengusahakan, hingga mendapatkan. Keseluruhan proses berjuang di fase awal (saat sesuatu belum di genggaman) itu memang melelahkan. Akui aja kalau untuk mendapatkan sesuatu berjuangnya kita biasanya bukan main. Ya, tentunya dalam segala hal (bukan hanya tentang materi semata). 

Untuk mendapatkan sesuatu, kita tentu akan jadi pemburu yang luar biasa tangguh, apalagi untuk sesuatu yang rasanya "harus saya dapatkan karena saya sudah mengincarnya dari dulu". Kita akan melakukan serangkaian proses juang yang gak tanggung-tanggung: riset sana sini, cari tau sana sini, menghabiskan beberapa malam untuk mencari tau luar dalam tentang segala hal yang ingin kita kejar. Termasuk menyiapkan strategi terbaik biar kita jadi pemenang satu-satunya. 

Di saat kenyataan memang lagi berpihak untuk kita, ya kita pun seringkali merasa setengah perjalanan sudah sangat memuaskan bukan? Kita kemudian melonggarkan segala usaha yang dulu tampak begitu kita agung-agungkan. 

Aku mau mengajak kalian semua untuk berefleksi tentang kenyataan hidup yang nyatanya memang selalu akan jadi tebak-tebakan sejauh apapun kita berjuang. Jadi, tidak hanya sampai pada mendapatkan, justru kita akan menghadapi fase baru yang bahkan ujungnya kita gak tau akan seperti apa yaitu MEMPERTAHANKAN. Gak banyak bahasan tentang ini secara eksplisit. Karena kenyataannya di luaran sana orang lebih gemar membahas tentang "seni mendapatkan" yang biasa dikemas dengan tampilan "strategi 101" atau "jurus 1001 malam" dan lainnya. 

Sebenarnya, kenapa ya kira-kira mempertahankan jauh lebih sulit? (harapannya siapapun yang membaca ini ikut berefleksi bersama dan menjawab dalam hati)

Pertama: kita perlu tanya lagi sebenarnya motivasinya untuk sejauh apa 

Kita terlalu sering berhadapan dengan fase lebih gigih berjuang di awal, tanpa memperlakukan hal yang sama ketika kita sudah mendapatkannya. Ilustrasinya kita bagai pekebun yang ahli untuk menanam sehingga kita jadi gak terbiasa untuk belajar memupuk yang sudah ditanam dan menyiram dengan rutin yang sudah dipupuk. Padahal, yang namanya "menanam" ya gak hanya menumbuhkan benih di awal, tapi juga merawat hingga benih tumbuh jadi pohon yang tinggi dan berbuah banyak. 

Jika direfleksi lebih seksama, semuanya mengerucut pada pertanyaan: sebenarnya motivasinya apa? Pepatah lama banyak sekali menggaungkan bahwa apa yang mendasarimu bergerak akan menentukan seberapa tangguh strategi yang harus disusun. 

Kedua: kita terlalu puas diri sudah berhasil mendapatkan dan lupa kemungkinan kehilangan tetap akan terjadi

Gelar "petarung" tangguh yang sengaja atau tidak sengaja melekat pada diri kita saat berhasil mendapatkan sesuatu membuat kita mudah berpuas diri saat sudah berhasil mendapatkan. Plus, lupa bahwa kemungkinan hilang tetap akan terjadi. Puas diri akan sangat berisiko membentuk diri yang lengah dan melihat gaada lagi kondisi di luar sana yang bisa menggeser posisi kita. Kondisi mudah lengah ujung-ujungnya kembali lagi seperti poin 1 dimana kita akan berkembang tanpa strategi, terus melaju tanpa waspada. 

Ketiga: merasa bahwa diri gak bisa melampaui batas zona nyamannya (alias kurang kreatif) 

Perkataan seseorang rasanya terngiang-ngiang banget di telingaku sampai hari ini: main itu harus yang jauh. Jangan cuma sampe taman komplek. Ini adalah peribahasa, yang mengistilahkan bahwa masih terlalu luas hal-hal yang belum kita jangkau. Gak harus bisa, setidaknya dieksplor dan dikenali dulu. Lalu, kaitannya dengan konteks mempertahankan gimana tuh? 

Dalam proses berjuang, kita bisa coba lakukan pencarian di internet dengan keyword "Cara mendapatkan blablabla". Sudah dapat dipastikan muncul banyak sumber mulai dari sumber resmi hingga nyeleneh yang ditulis oleh orang-orang di media pribadinya. Pun bisa jadi kita juga pasti pernah melakukan penelusuran seperti itu saat sedang dalam tahap memperjuangkan sesuatu. 

Sekarang pertanyaannya, seberapa sering kita mencari strategi mempertahankan? Entah itu mempertahankan prestasi, capaian karir, hubungan asmara, keharmonisan keluarga, hidup sehat, dan sebagainya. Sekalipun ada, sudah dijamin pasti gak akan sebanyak orang yang menelusuri strategi mendapatkan. Akhirnya, kita cocok dilekati gelar "kurang kreatif". Dampaknya, sangat banyak. Tergantung pada konteks kondisinya. Kita bisa jadi gak sadar ketika sesuatu lagi gak berpihak baik sama kita atau kita jadi gak sadar saat sesuatu lagi bosan dan stagnan sama hal-hal yang di awal tampak "megah" keliatannya. 

***

Sepertinya cukup tiga aja alasan yang bisa aku tuangkan. Udah coba sih untuk eksplor alasan lain, tapi kok kayanya balik lagi ke tiga alasan di atas, ya?  

Terima kasih banyak teman-teman yang sudah mampir di blog-ku. Semoga tulisan cepat ini dapat menjadi bahan refleksi buat aku dan teman-teman semua untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi: gigih mendapatkan, konsisten mempertahankan :) 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Aku Memilih Fakultas Geografi ?

“Setiap orang punya ceritanya masing-masing. Mungkin tak berharga bagi yang lain, tapi baginya pasti memiliki kesan tersendiri. Tak ada yang dapat menilai dengan kuantitas seberapa bermakna cerita itu. Sebab, sesungguhnya cerita itu tentunya tak terlepas dari metamorfosis perjalanan hidupnya” Dan inilah ceritaku. Jawaban dari judul postinganku kali ini bermula dari sebuah event tahunan sekolahku, SMA Negeri 1 Bekasi, yang biasa disebut BOB ( Best of The Best ). BOB ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh sekolahku untuk menyeleksi siswa-siswi yang berminat mengikuti olimpiade. Beberapa anak di sekolahku sangat antusias mendengarnya. Mereka dengan cepat mendaftar dan sesudahnya langsung belajar. Tak satu atau dua anak kujumpai mereka membaca buku pegangan olimpiade untuk menghadapi BOB itu. Bahkan, mereka dengan antusias mengikuti pembinaan tutor sebaya dengan kakak kelas yang pernah mengikuti bidang yang sama di tahun sebelumnya. Tapi tidak dengan aku. Aku tidak pern

Coba Jawab Tebak-Tebakan Buku Kekinian, Marah Atau Bercanda Yang Bisa Buat Masalah Lari?

Sumber Gambar : pinterest.com Rasa-rasanya semua orang yang ngaku anak muda di 2 tahun terakhir ini tentu akrab dengan buku kekinian: NKCTHI. Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini. Buku berjenis flash fiction ini dilihat-lihat sudah mampu membuat kemajuan mental bagi pembacanya yang mungkin semula penuh penolakan terhadap hidupnya. Layak diakui memang, saya pun turut menjadi penggemar dan pengingat setiap halaman di buku ini dengan detail. Suka aja sama cara penulisnya, Marchella FP menuangkan kata-kata sederhana tapi cukup ‘menampar’ kita yang punya emosi sering naik turun. Selisih hampir 1 tahun NKCTHI diluncurkan, buku lanjutannya yang membawa ‘sisi gelap hidup’ berjudul Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB), turut menjadi daftar bacaan yang patut dibaca. Seperti halnya NKCTHI, pembaca tentu juga punya bagian favoritnya masing-masing di KTBB. Bagi saya, salah satu bagian yang sangat tergiang adalah ‘ Katanya hidup gak sebercanda itu. Coba tanya mereka, apa marah bisa muat masalah har

Saat Kami Belum Bisa Melihat Derasnya Aliran Sungai Kampar

Jika berbicara tentang lika-liku hidup di SMA Negeri 1 Bekasi, bagi saya, Novirene Tania dan teman perjuangan saya, Erika Aurellia, Geografi menjadi salah satu hal yang membuat kehidupan masa putih abu-abu kami menjadi berfaedah. Kami tak tahu apakah ini bisa disebut sebagai pengalaman ataupun tidak. Singkat cerita, inilah seberapa pentingnya Geografi bagi kami….. Menginjak tahun kedua bergabung di Olimpiade Geografi, membuat saya menyusun rencana yang lebih jelas dibanding tahun pertama keikusertaan saya. Di tahun kedua, saya baru menyadari betapa saya menyukai divisi ini. Jika kalian bertanya bagaimana respon teman-teman terhadap minat saya, mungkin kalian akan bingung dan bertanya-tanya. Tradisi Olimpiade Geografi khususnya di Kota Bekasi sudah menjadi rahasia umum. Pergunjingan tidak terelakkan. Setelah pemerintah menggelar OSN Geografi pada tahun 2013, tentunya kompetisi tingkat awal menuju ke sana pun harus digelar yaitu Seleksi Olimpiade Sains Tingkat Kota (OSK). Sejak tahu