Langsung ke konten utama

First Trial : ASEAN GEOGRAPHY-SMART COMPETITION 2019

Cerita ini sudah berlangsung beberapa bulan yang lalu. Terhitung sejak September 2018 dan berpuncak di Februari 2019.
Mohon maaf atas keterlambatan. 

"Karena sesungguhnya kegagalan boleh jadi bermakna penting - tidak selalu memalukan. 
Dengannya kita akan tumbuh lebih kuat memperhitungkan kemungkinan terburuknya sekalipun".

Jika dibilang kehidupan kuliahku di semester awal masih dibayang-bayangi kegagalan seperti di postinganku sebelumnya, rasanya memang benar. Salah satu hal yang terlintas di pikiran adalah bagaimana aku mampu membuktikan bahwa semua keputusan bisa saja hanya sebatas kemungkinan, tergantung dari kita memandang segala sesuatunya. 
Tidak bisa dipungkiri, hal ini akan terjadi pada semua mahasiswa baru, awal kehidupan perkuliahan masih meraba-raba. Mayoritas, euforia maba itu akan menjadi sesuatu hal yang dikenang nantinya. Saat masih mahasiswa baru, keinginan untuk ikut ini dan itu masih sangat tinggi - semua berambisi ingin menjadi produktif dengan caranya masing-masing. Terbukti saat hari pertama masuk kuliah, bangku kelas sudah hampir penuh bahkan sebelum jam masuk yang seharusnya. Begitu pun juga denganku. Awalnya, aku mau menikmati masa-masa semester satu dengan perhatian penuh untuk merasakan atmosfer menjadi mahasiswa. Meskipun aku telah memplotting beberapa lomba yang aku ikuti selama kuliah, tetapi semester 1 bukan sasarannya. Namun, suatu hari di bulan September, saat satu sama lain di satu angkatan masih proses saling mengenal, aku diajak lomba oleh salah seorang yang menjadi partner lombaku saat di kuliah ini - namanya Irfan. Ditawari sesuatu hal yang positif tentu aku tidak menolak. Iyakan saja pada awalnya karena kupikir tidak semua orang mampu berkomitmen, seringnya sih mogok di tengah jalan bukan? 

Proses perencanaan lomba pun dimulai. 

Saat itu, posisinya Irfan sekadar mengajak lomba aja, tapi belum ada bayangan lomba apa yang akan diikuti - tetapi tentunya LKTI sebagai salah satu jenis lomba yang sangat marak untuk mahasiswa. Lomba Karya Tulis Ilmiah. Saat melakukan scrolling di berbagai akun informasi lomba, aku menemukan pemberitahuan bahwa UPI Bandung kembali mengadakan ASEAN GEO-SMART Competition untuk tahun 2019, tetapi proses seleksinya dari 2018. Tanpa banyak pikir, aku mengusulkan ikut lomba itu karena sebelumnya dulu sejak SMA aku nyaris ikut Olimpiade Nasional yang merupakan salah satu rangkaian acara tersebut tetapi tidak jadi karena terlewat mendaftar. Sangat disayangkan memang

Cara mengawali pencarian ide 

Ini adalah pertanyaan yang selalu sering ditanyakan. Aku pun bingung juga jawabnya, tapi coba ya aku cerita. 
Pencarian ide tentu dimulai dari diskusi. Sekalipun kita sudah men-set ingin ikut lomba, tapi ketika diskusi menurutku penting untuk tidak ikut men-set pikiran terlalu jauh hanya sekadar lomba saja. Sederhananya, diskusi ya diskusi saja. Bertukar pikiran dan kekonyolan sebanyak-banyaknya dengan teman diskusimu. Namun, jangan lupakan google. Buka berita-berita yang lagi booming. Kebetulan karena aku dari disiplin ilmu geografi sebagai ilmu yang komprehensif, coba bahas dari semua sektor, baik dari ekonomi, sosial, budaya, politik, dan lain macamnya. Dari kesemua topik yang dibahas tentu akan mengerucut ke hal-hal yang saling diminati. Biasanya ditandai dengan pembahasan tentang topik itu jadi panjang, bisa banyak permasalahan yang diangkat, dan urgensinya terlihat besar. 
Pada lomba ini, aku dan Irfan mengambil topik tentang Smart City. Gimana ceritanya tuh bisa tiba-tiba ngangkat topik smart city? 
Aku dan Irfan yang sama-sama bukan asli Jogja, masih sama-sama berangkat dari kepo tentang banyak hal di Jogja khususnya Sleman yang didalamnya ada UGM. Dari sekian banyak berita tentang Sleman, berita yang terbaru dan cukup menarik perhatian adalah Sleman masuk menjadi 100 Smart City. Beberapa berita teratas tentang itu menyebutkan tentang beberapa aplikasi Sleman yang memudahkan kinerja pembangunan. Singkat cerita, kami ngulik-ngulik aplikasi bernama Lapor Sleman. Sebagai orang baru di Sleman, kami merasa itu keren banget sih karena di platform itu masyarakat menyampaikan berbagai informasi, aduan, keluhan tentang pembangunan di Sleman dan pemerintah terkait akan membalasnya. Sekadar informasi, aplikasi ini tersedia dalam versi website maupun android. Tertarik terhadap aplikasi Lapor Sleman lebih lanjut? Bisa di check ya di website nya dan rasakan sensasi bagaimana masyarakat dan pemerintah bisa proaktif terhadap pembangunan.

Tahapan selanjutnya dalam LKTI tentulah mencari dosen pembimbing yang linear dengan topik yang dipilih. Berhubung semester 1 aku sudah diajar oleh salah seorang dosen yang ahli di bidang kota yaitu Dr. Rini Rachmawati, S.Si., M.T di mata kuliah Teori Keruangan aku pun langsung menghubungi beliau. Singkat cerita, akhirnya kami telah memiliki judul yang kami ajukan sampai hari H tiba yaitu ASEAN Management Tourism: Pengembangan Pariwisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Melalui Permodelan Lapor Sleman Guna Mewujudkan Smart City ASEAN yang Berkelanjutan.

Kompetitor yang Paling Sulit 


Proses seleksi dalam lomba ini cukup banyak. Tantangan di atas tantangan yang paling berat adalah menjaga komitmen. Menggeluti sesuatu yang sama selama berbulan-bulan tentu sesekali akan membosankan. Asli. Jadi, sudah jelas bukan siapa lawan yang paling sulit untuk ditaklukan? Dan, ini pun salah satu yang menurutku menjadi the most meaningful point dalam LKTI yaitu bagaimana menjaga mood satu sama lain. Perlombaan tim bukan suatu hal yang mudah. Kalo aku sederhanakan bahasanya, jangan sampai masalah pribadi ikut mempengaruhi mood teman kita. Bila itu terjadi, akan jadi panjang urusannya. Debat dan bertengkar udah jadi suatu hal yang lumrah, tapi pastikan kondisi akan segera pulih kembali dengan hati yang damai, eaaa.
Rangkaian lomba LKTI GEOSAC ini terdiri dari 3 bagian besar : seleksi abstrak, full paper, dan tahap grand final. Sebagai mahasiswa baru yang masih belajar membiasakan diri menulis, menyusun karya ilmiah sulit juga ternyata. Dengan jumlah halaman yang dibatasi, semuanya jadi makin sulit karena harus dipikirin banget konsep dasarnya : apa-apa aja yang mau ditulis sehingga maksud kita akan sampai di pemikiran orang lain.
Selain menulis, hal yang juga tidak kalah ribetnya adalah mengurus administrasi. Wajar kalo mahasiswa baru masih buta tentang pengurusan surat menyurat dan sebagainya. Bagian dari pengurusan perizinan pengambilan data yang paling aku inget adalah ketika ada bagian dari surat fakultas yang berbeda dengan ketentuan yang diminta oleh Bakesbangpol Sleman. Alhasil, pengurusan kembali baru bisa dilakukan beberapa hari setelahnya karena revisi surat akan membutuhkan waktu yang sama seperti pembuatan surat baru. Sebenarnya ini sesuatu hal yang biasa dan harus dibiasakan oleh mahasiswa, tetapi tidak sedikit kan cerita mahasiswa mulai beradaptasi sama perizinan dan administrasi setelah memasuki semester akhir? Ya, ini juga salah satu yang sangat bermakna dari LKTI. Bukan perlombaan biasa, di dalamnya dibutuhkan kemampuan untuk multitasking - mengurus semua hal yang dibutuhkan agar beres secepatnya. Dan, aku tentu sangat bersyukur karena aku mulai membiasakan diri sejak maba. Kalo aku mulainya telat, siapa bisa menjamin hatiku akan tangguh menjalani proses adaptasi administrasi di universitas? Dan, pengurusan administrasi ini tidak hanya surat jalan penelitian saja, tapi demi menunjang keberlangsungan keuangan, perlombaan juga tetap harus mengurus proposal pengajuan dana yang sebelumnya harus diawali dengan mengajukan proposal izin kegiatan yang melampirkan surat izin untuk dekanat.

Sebaik-baiknya LKTI adalah moment bonding nya

Sudah jadi rahasia umum ya kalo saat kuliah banyak orang yang memutuskan merantau. Jauh dari kota kelahiran yang berbeda budaya dan tradisi itu tidak mudah lho. Kita akan bertemu dengan beragam karakter dari berbagai daerah. Dan, di saat semuanya berbeda, kita tidak bisa selalu memprioritaskan ego untuk menjadi yang paling benar sekalipun benar. Jadi ga heran, saat kita merantau, kita akan menemukan kenalan yang jauh lebih baik dari keluarga atau bahkan sebaliknya - tidak terkira sesuai perkenalan awalnya.
Salah satu cara menemukan orang yang benar-benar dekat adalah dengan lomba termasuk lomba LKTI. Sebenernya ga semua LKTI seperti itu, tergantung lagi kepada orang-orangnya. Tapi kalo aku dan Irfan sih prinsipnya gitu : bagaimana melalui lomba kita bisa menemukan teman yang lebih-lebih sudah seperti saudara. Bisa-bisa saling cerita di luar hal-hal lomba bahkan hal yang sangat privasi sekalipun.
Terus, gimana caranya meningkatkan moment bonding? 
Sederhana sih menurutku, yang penting selalu diingat adalah ini yang harus selalu dijadikan tujuan. Jangan uang, jangan piala, jangan hasil. Karena moment bonding adalah hal mutlak yang pasti kita dapatkan meskipun hasilnya menang atau kalah. Kita akan saling bisa mengakrabkan sampai seakrab mungkin - sederhananya, sampai tidak tau lagi malu - dengan cara menjaga komunikasi.
Terus, seperti apa sih rasanya punya keluarga berawal dari lomba?
Temukan dan rasakan sendiri. Ini asli. Sepanjang apapun lembar blog ini, semuanya tidak akan pernah mewakilkan seluruh jatuh bangunnya dalam berlomba. Ngeselin tapi ngangenin. Silahkan mencoba teman-teman :)

Selalu ada yang pertama di tiap kesempatan 

Sadar ga sih sekarang banyak buku-buku yang pesannya dikit-dikit, tapi maknanya sampe banget. Salah satunya adalah yang selalu mendasari aku sangat menikmati proses berlomba adalah "selalu ada yang pertama di tiap kesempatan". So, tugas aku, kamu, dan kita semua adalah menciptakan yang pertama itu secepat-cepatnya. Dalam hal apapun, ga hanya lomba. Karena semuanya hanya bicara soal waktu, semakin cepat, semua keuntungan itu datangnya juga untuk kita bukan untuk orang lain. Semampu apapun orang lain mengomentari, kita berhak membentuk kenangan kita sendiri.
Dalam LKTI GEOSAC ini, hanya aku dan Irfan yang masih maba. Sisanya adalah mahasiswa minimal semester 4 bahkan tidak jarang yang sudah semester 8. Jangan tanya lagi ide mereka seperti apa, semuanya tentu lebih teknis dan epic maksimal. Namun, dalam kesempatan termepet sekalipun, rasanya menyerah itu bukan pilihan. Atmosfer kompetisi yang sangat terasa mendorong kami untuk memperjuangkan setidaknya apa yang bisa diperjuangkan yaitu PRESENTASI. Memang seperti sudah disuapi alam semesta, sejak dinyatakan lolos full paper, presentasi menjadi hal yang paling kami maksimalkan. Setiap hari berlatih, revisi slide, dan semua cara yang bisa memaksimalkan presentasi kami. Dan, syukur alam semesta mendekatkan kami pada cita-cita, kami pun tidak pulang dengan tangan kosong, setidaknya best presentation mampu kami peroleh.
Buatku dan menurutku, lomba apapun termasuk LKTI setidaknya mengajari kita tentang artinya mentalitas - bagaimana seorang maba tetap belajar menyelipkan harapan di antara para senior dengan ide-ide briliannya. Semuanya hanya soal waktu dan pengalaman.

Maka, mulai dan perbanyaklah. Tidak ada yang salah dengan mencoba. Seburuk apapun mencoba, selalu menawarkan dua pilihan : BERHASIL ATAU BELUM BERHASIL. Namun, bedakan dengan tidak mencoba, selalu menawarkan satu kemungkinan : MUNGKIN BESOK KITA MULAINYA.

Dari aku yang menutup cerita ini, 
Sedalam apapun kalian menikmati tulisan ini, tidak ada yang lebih nikmat selain mencobanya sendiri. Pun sebaliknya, sedalam apapun kami membenci tulisan ini, aku tidak menujukkannya untuk kalian. Seperti kata novel, menulis adalah mempersiapkan diri ketika kelak kita melupa.
Tiap orang selalu punya ceritanya masing-masing, mereka hanya dihadapkan pada dua pilihan : menyimpan dan membagikan.





Terima kasih kepada Dr. Rini Rachmawati, S.Si, M.T yang telah bersedia mendampingi kami dalam gagasan ini dan terima kasih juga untuk setiap orang yang telah mendukungku selama serangkaian persiapan ASEAN Geo-Smart Competition ini. 

Sampai jumpa di lain cerita, sampai nanti di lain kisah.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Aku Memilih Fakultas Geografi ?

“Setiap orang punya ceritanya masing-masing. Mungkin tak berharga bagi yang lain, tapi baginya pasti memiliki kesan tersendiri. Tak ada yang dapat menilai dengan kuantitas seberapa bermakna cerita itu. Sebab, sesungguhnya cerita itu tentunya tak terlepas dari metamorfosis perjalanan hidupnya” Dan inilah ceritaku. Jawaban dari judul postinganku kali ini bermula dari sebuah event tahunan sekolahku, SMA Negeri 1 Bekasi, yang biasa disebut BOB ( Best of The Best ). BOB ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh sekolahku untuk menyeleksi siswa-siswi yang berminat mengikuti olimpiade. Beberapa anak di sekolahku sangat antusias mendengarnya. Mereka dengan cepat mendaftar dan sesudahnya langsung belajar. Tak satu atau dua anak kujumpai mereka membaca buku pegangan olimpiade untuk menghadapi BOB itu. Bahkan, mereka dengan antusias mengikuti pembinaan tutor sebaya dengan kakak kelas yang pernah mengikuti bidang yang sama di tahun sebelumnya. Tapi tidak dengan aku. Aku tidak pern

Saat Kami Belum Bisa Melihat Derasnya Aliran Sungai Kampar

Jika berbicara tentang lika-liku hidup di SMA Negeri 1 Bekasi, bagi saya, Novirene Tania dan teman perjuangan saya, Erika Aurellia, Geografi menjadi salah satu hal yang membuat kehidupan masa putih abu-abu kami menjadi berfaedah. Kami tak tahu apakah ini bisa disebut sebagai pengalaman ataupun tidak. Singkat cerita, inilah seberapa pentingnya Geografi bagi kami….. Menginjak tahun kedua bergabung di Olimpiade Geografi, membuat saya menyusun rencana yang lebih jelas dibanding tahun pertama keikusertaan saya. Di tahun kedua, saya baru menyadari betapa saya menyukai divisi ini. Jika kalian bertanya bagaimana respon teman-teman terhadap minat saya, mungkin kalian akan bingung dan bertanya-tanya. Tradisi Olimpiade Geografi khususnya di Kota Bekasi sudah menjadi rahasia umum. Pergunjingan tidak terelakkan. Setelah pemerintah menggelar OSN Geografi pada tahun 2013, tentunya kompetisi tingkat awal menuju ke sana pun harus digelar yaitu Seleksi Olimpiade Sains Tingkat Kota (OSK). Sejak tahu

Coba Jawab Tebak-Tebakan Buku Kekinian, Marah Atau Bercanda Yang Bisa Buat Masalah Lari?

Sumber Gambar : pinterest.com Rasa-rasanya semua orang yang ngaku anak muda di 2 tahun terakhir ini tentu akrab dengan buku kekinian: NKCTHI. Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini. Buku berjenis flash fiction ini dilihat-lihat sudah mampu membuat kemajuan mental bagi pembacanya yang mungkin semula penuh penolakan terhadap hidupnya. Layak diakui memang, saya pun turut menjadi penggemar dan pengingat setiap halaman di buku ini dengan detail. Suka aja sama cara penulisnya, Marchella FP menuangkan kata-kata sederhana tapi cukup ‘menampar’ kita yang punya emosi sering naik turun. Selisih hampir 1 tahun NKCTHI diluncurkan, buku lanjutannya yang membawa ‘sisi gelap hidup’ berjudul Kamu Terlalu Banyak Bercanda (KTBB), turut menjadi daftar bacaan yang patut dibaca. Seperti halnya NKCTHI, pembaca tentu juga punya bagian favoritnya masing-masing di KTBB. Bagi saya, salah satu bagian yang sangat tergiang adalah ‘ Katanya hidup gak sebercanda itu. Coba tanya mereka, apa marah bisa muat masalah har