Tiada tempat refleksi terbaik selain menulis, dan kali ini aku mau kembali menulis. *** Unggahan kali ini aku akan membahas tentang "Seni Mempertahankan" yang tentunya ini bukan dari hasil kompilasi literatur ilmiah, ya. Hanya berasal dari serangkaian pradugaku terhadap kejadian akhir-akhir ini. Memasukki fase dimana kesempatan semakin banyak, dan siapapun bebas mengejarnya, rupa-rupanya membentuk kita barangkali tergolong sebagai "pemburu" tanpa strategi bertempur yang belum sempurna. Kita paham bagaimana caranya mencari, mengusahakan, hingga mendapatkan. Keseluruhan proses berjuang di fase awal (saat sesuatu belum di genggaman) itu memang melelahkan. Akui aja kalau untuk mendapatkan sesuatu berjuangnya kita biasanya bukan main. Ya, tentunya dalam segala hal (bukan hanya tentang materi semata). Untuk mendapatkan sesuatu, kita tentu akan jadi pemburu yang luar biasa tangguh, apalagi untuk sesuatu yang rasanya "harus saya dapatkan karena saya sudah menginca...
Jika dibandingkan dengan postingan sebelum-sebelumnya, postingan yang sudah lama tidak ter-update ini lebih tepat dinamakan "diary". Diary tentang satu setengah tahun yang melelahkan. Lelah, but it's worthed! Kalo ngomong soal PKM, bayangan yang kebanyakan muncul di pikiran semua mahasiswa pasti tentang kompetisi yang melelahkan. Karena dibandingkan dengan semua lomba lainnya di tingkat universitas, dari durasinya PKM jelas hadir untuk orang-orang yang sudah siap tahan banting. Ceritaku dan teman-teman hingga mampu menutup rangkaian PKM 2020 bermula dari Agustus 2019. Saat itu, aku dan 2 temanku baru saja menyelesaikan sebuah kompetisi Karya Tulis Ilmiah (KTI) di Semarang. Gagasan yang waktu itu kita lombakan di Semarang mengangkat penelitian kita di daerah Dusun Mancingan, Kabupaten Bantul (tepatnya di pesisir Pantai Parangtritis-Parangkusumo sebagai salah satu ikon wisata yang sangat terkenal di Yogya). Saat itu, posisinya, aku lebih sering cari data yang kualitatif:...